23 Agustus 2016

review: Sabtu Bersama Bapak


Ada alasan yang kuat mengapa, sang Ibu membolehkan mereka memutar video Bapak yang baru, setiap Sabtu sore, sesudah azan Ashar.

Bagi Satya dan Cakra, ini adalah waktu terbaik mereka setiap minggu.

Sabtu bersama Bapak.


Judul: Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: Gagasmedia
Tebal: 288 halaman
Tahun cetak: 2016—kedua puluh tiga (Pertama: 2014)
ISBN: 978-979-780-721-4

Rating: 5/5 bintang

***

Bapak meninggal ketika Satya dan Cakra masih kecil. Sebelum meninggal, Bapak meninggalkan banyak video untuk Satya dan Cakra. Bapak ingin Satya dan Cakra tetap bisa tumbuh dalam didikannya. Ketika mereka punya pertanyaan mereka tahu harus mencari jawaban ke mana.

Satya akhirnya menjadi seorang Bapak bagi ketiga putranya, Ryan, Miku dan Dani. Ia menjadi pemimpin dalam keluarga kecilnya bersama Rissa. Tapi kepribadiannya yang sudah terbentuk dari kecil menjadi penyebab permasalahan kecil dalam keluarganya. Satya pun belajar dari video Bapak bagaimana harus menjadi seorang Bapak yang baik.

Berbeda dengan Satya, Cakra masih belum memiliki istri di awal usianya yang sudah menginjak kepala tiga. Padahal Cakra sudah memiliki rumah, penghasilan tetap serta jabatan yang baik. Hal ini membuat Mamah menjadi khawatir hingga akhirnya menyarankan Cakra untuk dikenalkan dengan anak temannya. Didikan Bapak melalui video yang ditinggalkan mengajarkan Cakra bagaimana harus membangun suatu hubungan dan menjadi suami yang baik.

***

Aku akui ide buku ini cerdas. Siapa yang kepikiran menyiapkan video sebelum meninggal agar anak-anaknya tetap dapat dididik dan mendapat jawaban dari figur sang ayah? Kalau aku mungkin nggak akan kepikiran. Yang ada bingung bagaimana menghabiskan waktu agar bisa menyisahkan momen berharga bagi yang ditinggalkan.

Tapi Bapak berbeda. Beliau tidak hanya membuat memori membekas bagi keluarga yang ditinggalkan tapi juga menghabiskan waktu hidupnya untuk menyiapkan video-video berisi penjelasan dan didikan untuk anak-anaknya hingga mereka dewasa. Bapak mempersiapkan semuanya agar Satya dan Cakra tetap dapat nilai-nilai yang ingin Bapak ajarkan pada mereka walau raga Bapak sudah tidak disisi mereka. Dan Bapak berhasil. Setiap Cakra dan Satya punya masalah, mereka tahu harus mencari solusi, jawaban atau sekadar bahan perenungan pada video Bapak.

Cerita yang dibahas seputar kehidupan Satya dan Cakra setelah mereka beranjak dewasa. Sebagai anak laki-laki mereka pasti butuh banyak belajar dari sosok Bapak apalagi ketika hendak memulai keluarga mereka sendiri. Satya dan Cakra menemukan nilai-nilai yang mereka butuhkan lewat video Bapak. Bagaimana cara membangun sebuah hubungan, bagaimana menjadi pribadi yang berani minta maaf, bagaimana menjadi pribadi yang tidak mengukur sesuatu dari materi, dan hal-hal lainnya yang memang mereka butuhkan dalam hidup ini.

Memang cerita yang dibahas punya banyak pesan moral tapi ceritanya dituturkan dengan cara yang menyenangkan. Sungguh-sungguh menyenangkan buatku. Walau ceritanya terasa serius di beberapa bagian, tapi ada aja bagian yang rasanya konyol dan sukses buat ketawa. Ini salah satu hal yang buat aku terus membalik halaman bukunya. Aku lebih sering ketawa di bagian tentang Cakra dan kehidupannya sebagai Pria Tuna Asmara (ini label dari Satya). Sedangkan di bagian Satya lebih banyak tentang parenting dan kehidupan berkeluarga. Alurnya juga kerasa ngalir banget. Ketika baca nggak kerasa ternyata udah di pertengahan terus habis deh.

Tokoh favorit di buku ini harus diakui Cakra. Kehidupannya sebagai gembel cinta (label dari Satya, again) nggak henti-hentinya mewarnai moodku ketika baca karena ketawa. Tapi, ketika dia serius, behh, dewasa abis. Ayu aja yang digambarkan cantik dan membentengi diri dari orang kayak Cakra bisa bersimpati sama dia. Rasanya kalo Cakra paket makanan, dia udah paket plus-plus. Pintar, lucu, weird dan dewasa in the same time.

Overall, buku ini recommended deh buat yang suka dengan pemikiran yang simpel tapi ngena. Buku ini paket lengkap antara hiburan, wawasan dan pemikiran. Dan, itu sebabnya aku kasih buku ini 5 bintang!