31 Oktober 2016

review: Touché (Touché #1)


Bahkan dia selalu berusaha tersenyum. Anehnya, Riska selalu menangis setiap kali menyentuh mamanya, apalagi Riska juga selalu menjawab “tidak tahu” setiap kali ditanya apa yang terjadi. Sampai akhirnya, setelah cukup lama didesak, dia mengatakan, “Karena kata tanganku, Mama sedih.” Saat itulah Mama sadar akan kemampuan Riska. —hal. 17


Judul: Touché
Seri: Touché #1
Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 204 halaman
Tahun cetak: Juni 2014—keenam (Pertama: Mei 2011)
ISBN: 978-602-03-0363-5

Rating: 4/5 bintang

----------

Riska mempunyai sebuah kemampuan aneh yang hanya diketahui oleh Riska dan Mamanya. Riska bisa merasakan perasaan yang dirasakan seseorang hanya dengan bersentuhan. Suatu hari, sekolah Riska kedatangan guru pengganti bernama Pak Yunus. Sejak kedatangan Pak Yunus, kehidupan Riska mulai berubah. Riska bertemu dengan Dani dan Indra, dua orang laki-laki yang bersahabat meski sangat berbeda. Dani adalah juara kelas sedangkan Indra adalah atlet judo kebanggaan sekolah.

Kehadiran Pak Yunus membuat Riska mengetahui bahwa dirinya adalah Touché—dibaca tusye—sebutan untuk orang-orang yang memiliki kemampuan merasakan sesuatu lewat sentuhan. Riska juga menyadari, tidak hanya dirinya yang bisa merasakan sesuatu lewat sentuhannya, Dani, Indra bahkan Pak Yunus pun juga bisa. Hanya saja kemampuan mereka tidak sama seperti Riska yang dapat merasakan perasaan orang lain. Dani memiliki kemampuan dapat menyerap informasi di dalam buku yang dia sentuh, Pak Yunus dapat memainkan alat musik dengan mengikuti memori dalam alat musik tersebut dan Indra dapat membaca pikiran orang lain hanya dengan bersentuhan.

Tujuan kehadiran Pak Yunus di tengah-tengah Riska, Dani dan Indra adalah untuk memperingatkan mereka bertiga bahwa orang-orang dengan kemampuan touché sedang diincar diluar sana. Hal tersebut juga bisa saja terjadi pada Riska, Dani dan Indra. Apalagi, Pak Yunus menambahkan bahwa kemampuan yang Riska dan Indra miliki hanya ada satu orang yang memiliki pada tiap masa kemunculan touché. Sebelum sempat waspada, Pak Yunus menghilang. Riska, Dani dan Indra pun akhirnya berusaha mencari Pak Yunus yang mereka ketahui diculik. Mereka harus bekerja sama untuk memecahkan kode yang ada dan mencari tahu siapa dalang dibalik penculikan Pak Yunus.

----------

Ini adalah buku pertama dari Windhy Puspitadewi yang aku baca. Dan, kesan pertama yang kudapat adalah aku jatuh hati pada penulisannya. Semua yang ditulis serasa mengalir. Dan, karena buku ini masuk kategori teenlit, jadi buku ini terasa ringan. Menurutku buku ini perpaduan antara fantasi dan misteri—mungkin bisa dikatakan begitu, soalnya di buku ini kan ada bagian memecahkan clue gitu. Buku ini sebenarnya nggak sepenuhnya memusatkan perhatian pada Riska meski pada blurb dan awalnya diperkenalkan Riska terlebih dahulu. Malah, aku rasa ceritanya sesuai dengan cover-nya yang menampilkan punggung anak cowok. Tebakanku cowok di cover itu Indra karena dia digambarkan selalu pakai sarung tangan—untuk menghindari bersentuhan dengan orang lain dan berakhir mengetahui pikiran orang lain yang secara nggak langsung melanggar privasi orang tersebut.

Aku cukup penasaran apakah touché atau orang-orang yang bisa merasakan sesuatu lewat sentuhan itu benar-benar ada atau nggak. Pasti keren kalau memang orang-orang seperti mereka memang ada di dunia ini. Ada beberapa tokoh yang diceritakan adalah kaum touché dan memang masuk akal kalau mereka mungkin saja touché—kalau memang itu benar-benar nyata. Salah satu contohnya adalah Beethoven. Aku rasa aku akan senang kalau aku punya kemampuan seperti Dani yang bisa menyerap isi buku hanya dengan menyentuh. Kan lumayan, kalau buat pelajar tuh nggak usah capek-capek hafalin banyak padahal yang keluar belum tentu semuanya.

Aku sudah merasa ada yang janggal sejak pertengahan cerita ini. Aku sudah menebak siapa dalang dibalik penculikan Indra dan ternyata jawabanku benar. Clue siapa pelakunya sebenarnya banyak bertebaran di sepanjang buku, tapi cuma satu yang nyangkut di pikiran sepanjang baca dan ketika diakhir cerita, semuanya akhirnya dibeberkan. Dan, endingnya terasa nggak pas buat aku. Ekspetasiku endingnya akan lebih greget dari yang ada, meski ending yang ada nggak buruk dan masih masuk akal. Cuma, sangat sayang kenapa masalahnya diakhiri tanpa kejujuran dari tokohnya. Kenapa masih harus dirahasiakan dari tokoh-tokoh utamanya.

Karakter Pak Yunus, Dani, Indra dan Riska terasa agak samar-samar. Agak sulit membedakan ketika ada pergantian dialog yang tanpa penjelas. Rasanya dialog mereka nggak ada ciri khas dari masing-masing tokoh, jadi sulit untuk melabeli ini ucapan siapa kalau nggak baca dengan baik-baik. Watak mereka cuma digambarkan lewat deskripsi dan kurang didukung sama pembawaan juga narasi mereka. Meski begitu, aku suka interaksi antara tokoh-tokohnya meskipun untuk kasus Dani dan Indra yang katanya merupakan teman lama masih terasa masih kaku. Aku suka bagaimana Indra benar-benar menyayangi orang-orang yang dirasa penting di sekitarnya dan bagaimana dia benar-benar berusaha melindungi Riska meski nggak mau mengakui secara langsung.

Dari semua tokoh yang ada, favoritku adalah Indra. Terasa banget bagaimana perubahannya dari awal cerita sampai akhir. Dari dirinya yang nggak menyukai kemampuannya samapai dia bisa berdamai dengan dirinya dan mensyukuri bahkan bertekad menggunakannya sebaik mungkin. Cukup gemas juga sih sama si Indra ini, karena dia bilang ke Riska kalau dia bukan apa-apa tanpa kemampuannya, padahal dia kalau dibandingkan sama Dani menurutku lebih pintar Indra. Otaknya benar-benar dipakai buat mikirin hal-hal yang agak out the box.

Aku akhirnya memberi buku ini 4 bintang karena walau suka dengan ceritanya tapi agak masih merasa 'tertikam' sama endingnya. Karena buku ini seru tapi ringan, jadi penasaran untuk baca buku lanjutannya Touché: Alchemist—yang kebetulan covernya juga punggung cowok. Semoga tokoh di buku kedua juga lovable kayak Indra.